Pagi masih segar. Belaian daun pepohonan mengiring angin, masuk ke pintu depan yang sengaja kubuka.
Saat itu aku duduk di sofa ruang tamu. Mulai mengetik beberapa aksara dalam keyboard. Setelah beberapa lamanya sibuk persiapan pulang kampung, tidak bisa menumpah segala isi dalam pikiran.
"Sini keluar... Ada Yu Indah."
Suara itu datang dari teras. Ya, Mimi memanggil. Aku melongok, melihat perempuan berkerudung merah berdiari. Sampingya, sebuah gerobak motor bertenggar gagah.
"Iya, Mi... "
Aku mendekati Mimi yang sedari tadi duduk di teras. Seperti biasanya pagi-pagi midang,enunggu bakul sayur keliling untuk masak.
Tidak mau basa-basi, aku langsung meraih tangan putih Yu Indah, lalu menciumnya.
"Ey, kok dicium? Lebih tua kamu dari dia," Mimi menegur.
"Ehh... "
Aku meringis.
"Umuryaa berapa mbak?"
"Dua puluh, " jawabnya.
"Dia mah sudah berkeluarga," Mimi menyela, menjelaskan.
Dan ternyata melalui obrolan singkat. Ternyata Yu Indah dan suaminya perantau dari Solo. Sama-sama jualan jamu keliling di Indramayu.
Dari Yu Indah dan suaminya, saya belajar. Belajar berani berhijrah. Belajar berani hidup mandiri setelah pernikahan.
*Tulisan ini sengaja saya tulis, untuk pengingat.
Indramayu, dipenghujung april 2017.
#Onedayonepost