Sabtu, 21 Januari 2017

Gadis Korea

Kenapa aku ketawa?
Jadi, satu diantara tim medis tadi duduk didepan, samping supir. Duanya duduk menjagamu.

Mereka, tanpa sepengetahuanmu melakukan hal lucu. Satu diantarnya mengambil sebuah kayu kecil kira-kira 30 cm. Dia ambil di pojokan dekat pintu keluar. Lalu kayu tersebut diayun ke atas ke bawah sesekali ke depan layaknya seseorang pegang pedang ingin menjuruskan kelawannya. Tangannya lihai, selihai tadi dia mengatasimu ketika masuk mobil. Hahaha

Satunya lagi lebih lucu. Aku tahu, matamu terpejam. Ketika menjawab beberapa pertanyaan dari tim medis itu. Kamu tau? Dia memakai kayu nya tersebut, diulurkan ke arahmu. Seakan-akan dia wartawan yng sedang mewancarai artis. Aku terkejeh dalam diam.

Kurang lebih dua puluh menit dalam mobil.

Sampailah kami di Rs Queen Elizabeth. Salah satu tim medis turun duluan. Mengambil kursi roda untukmu. Mengantarmu ke registrasi lalu ke tempat cek darah, dan beberapa pertanyaan dilontarkan untukmu.

Suasana rumah sakit saat itu lumayan rame. Beberapa mobil ambulance berdatangan. Bisa dipastikan mereka menjemput si sakit seperti halnya kamu.

Selesai cek darah tim medis ambulance pamit padamu. Kembali bertugas diluar.

Sekitar pukul 04:00
Kamu masih duduk di kursi roda, berjejer dengan pasien lainnya nunggu giliran masuk ruangan dokter. Disaat itu, aku duduk di bangku deretan keluarga pasien. Mataku yang sedikit terbuka lebar, jeli melihat orang-orang yang lewat. Ada laki-laki muda yang sedang periksa darah, mingkin baru datang, tangannya tak pindah dari perut. Mukanya menahan sakit. Aku kasihan melihatnya...
Duh ternyata banyak banget yang sakit perut. Hati-hati makan, gumamku dalam hati.

Ada juga beberapa gerombolan polisi dengn seragam khasnya biru dongker. Kemungkinan mereka megawal pasien kecelakaan.

Dan tak lama, datang segerombolan bapak-bapak, memapah gadis cantik berkulit putih dan tinggi. Mereka langsung membawanya ke ruangan dokter. Pintu tertutup. Suara perempuan berteriak kencang mengagetkan penghuni disitu.

"wah... Siapa?"
Suara itu berkali-kali terucap di ruang tunggu. Termasuk aku. Selain berteriak, seringkali ngoceh. Uniknya ocehannya dengan bahasa korea.
Aku diluar, seksama mendengarnya. Tapi tetep saja ga paham. Hehehe
Oh ternyata gadis Korea, batinku.

Kurang lebih satu jam nunggu, namau di panggil. Seorang pegawai Rs mendorong kursi ke ruangan dokter.
"kamu masuk sini,"perinthnya padaku.
Aku ikut masuk.
Pandanganku tertuju pada suara pelannya... (*)

Lanjut ke tulisan berikutnya

20-01-2017.
Onedayonepost.

Jumat, 20 Januari 2017

Tiga Laki-laki

Pagi-pagi buta disaat mata masih terpejam menikmati musim dingin, aku dibangunkan sesorang. Padahal baru dua jaman tidur. Karena ikut menjaganya, hawatir pas jalan ke WC jatuh.

Tepat jam 03:00, mobil ambulance dari Rs datang. Tim medis langsung memapah kamu. Menyusuri lorong flat  turun lewat lift lalu dibaringkan di keranjang dalam mobil putih itu. Aku dibelakangnya, mengekor. Duduk disamping keranjang, melihat mereka beraksi menghadapi kamu, si sakit.

Dari awal nyampe flat, kuperhatikan tim medis yang jumlahnya tiga itu begitu ramah. Sampe aku sempet ngebatin, ya ampun ini orang dapet shift malam masih tetap ramah melayani orang sakit. Salut!

Dari mulai menanyakan gimana awal sakit, memuji-muji karena tahu kamu suka minum Po dong -rebusan dari rempah-rempah--. Sampai basa-basi melihat di dinding banyak fotomu sewaktu aktif belajar fotografer dan kungfu.

"Wah sifu, kamu hebat. Banyak penghargaan award fotografi."
"Ternyata dulu suka kungfu juga yaa," pujinya, basa-basi.

Didalam mobil, salah satu dari mereka minta ktpmu. Memasukan data ke komputer kecil depan tempat duduk. Setelah itu memasang infus. Kuperhatikan sekali lagi, mereka sangat ramah, masih sempat basa-basi ketika nyuntik tanganmu, lalu memasang air yang katanya asupan makanan, biar tidak kurang cairan. Ah, tau apa aku tentang medis.

Aku baru pertama kalinya tau jumlah umurmu. Walaupun hampir dua tahun aku mengenalmu. "Emsap soi," jawabmu kala itu.

Sesekali kamu merintih karena merasakan perutmu sakit.
Salah satu dari mereka nanggap, "Hei jangan ngomong gitu. Kamu pasti sehat." Weeh lama aku tak melihat wajah orang sini ramah. Hehehe

Musim dingin kala itu membuat pandanganku kabur. Ya, kacamata yang kupake berembun. Heuheu.

Mobil melaju cepat, aku melihat tingkah mereka, menahan tawa.

Bersambung ke post selanjutnya.

( ini kisah kesibukanku slm kerja)

*HK, 21-01-2017
*OnedayOneost.

Rabu, 18 Januari 2017

No Body Perfect

Suatu hari jangan kau menangis jika mengalami ini.
Simak ya...

Gimana perasaanmu jika dibeda-bedain sama orang lain? Nyesek? Iya. Dan pastinya sakit. Nyesek sama sakit sama ya hehe.

Contohnya Bosmu membeda-bedakan hal kerja sama karyawan sebelum kamu. Kata bos gini, "Kamu ini yaa, kerja gini aja ga bisa. Dulu orang yang sebelum kamu bisa ko."

Duh, hati mana yang ga sakit jika diomong gitu pas di depannya?

Terus... Sikap kita gimana?
Gini, setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Sedikit saja terlihat kekurangan, segunung kelebihan akan tertutup. Pun sebaliknya.

Walaupun misal nih ya, si Bos ngomong, "Kamu selama ini ngerjain apa aja? Ngerjain itu aja gak bisa."

Weeh pasti tambah nyesek ya.
Gini, kerja itu bisa dibilang wajib, karena perantara mendapatkan rezeki dari Tuhan. Jika bos tidak tahu selama kita kerja, ada Tuhan selalu mengawas. Jadi, jangan sampe gara-gara dibilang gitu sama si bos akhirnya yang tadinya kita rajin kerja tanpa sepengetahuan bos malah jadi malas. Hehe. Bukanya ada Tuhan melihat? Nah..!

Ada nasehat bagus untuk kau, "Jangan kau resahkan penilaian manusia. Resahkan penilaian Tuhan."

Dan

Jika kau masih juga nangis, coba deh cerita ke kawan terdekat. Mereka akan ngasih nasehat. Walaupun sebenarnya tanpa dikasih nasehatpun kita paham. Saya jamin plong! Atau kamu juga bisa kok nulis di buku harianmu. Atau juga bisa nulis di blog seperti yang sekarang kau baca ini hihihihihi.

Untuk kau, tetap semangat ya... Hidup itu sulit, apalagi tidak hidup dan tidak punya bekal hiksss

HK, 18 Jan 2017. 01:11 waktu HK.

Rabu, 11 Januari 2017

Inisial Q

"Beibb, lagi kenapa? Senyam senyum kayak abis ketemu calon mertua."
Seseorang menarik ujung belakang kerudungku dari belakang. Sontak aku balik badan melihat siapa kah gerangan. Walaupun, aku paham dari suaranya.

"Sok tau kamu. Mana bisa melihat tampak wajah seseorang dari belakang," kataku mencibir.
"Cuman nebak. Hahaha... " Jawabnya sambil tertawa lebar.
"Sst.. Perempuan. Ga baik tertawa keras."
"Ups!" refleks, kedua tangannya membungkan mulut.

Kami segera duduk disebelah masjid, antri wudhu. Hari itu libur kami.

"Vi, tau ga? Kemarin minggu aku mendapat sesuatu." Aku memulai obrolan. Luvi teman baikku selama di tanah rantau. Belum lama dia berjilbab rapih. Dulu, rambut panjangnya terurai begitu saja, putih mulus kakinya terlihat jelas. Sudahlah, aku tidak mau bahas itu. Lain waktu. Akan aku ceritakan. Supay kau tahu dan paham.

"Hei... " Aku menyenggol samping tangannya. Dia masih fokus ke androidnya.
"Eh iya. Tadi mau ngobrol apa?" tanyaya.
"Pas di MTR aku melihat sesuatu. Bikin penasaran. Aku suka melihatnya. Dia berdiri agak jauh dariku. Penuh orang. Hingga aku menggeser dari tempat asal ke dia. Hanya untuk melihat lebih jelas."
"Laki-laki?" dia memotong obrolanku
.
"Hhh dasar jomblo. Laki-laki mulu hafalnya." Aku menepuk lembut pipi cabinya. Lalu menarik tangannya. Tempat wudhu sudah sedikit orang, tidak ngantri.
"Kita wudhu dulu. Hawatir iqomat. Sayang 27 derajat kalau dilewat," ujarku.

Masjid kukunjungi ini, terletak di Kowloon. Tepatnya di Tsim Sha Shui. Jika suatu hari kau ditakdirkan ke sini, berkunjunglah. Kau akan temui Tuhan lebih dekat.

Selesai wudhu, aku dan dia segera naik ke lantai dua. Tempat sholat wanita. Tak lama adzan berkumandang, suaranya hanya bisa terdengar dalam Masjid. Jika kita diluar, tak bisa terdengar. Hanya suara bising kendaraan dan orang-orang beraktifitas. Oh iya, kau harus tahu, di Masjid sini jangan heran selesai adzan langsung iqomat.

Suara adzannya khas logat Urdu.

Kami larut dalam khusunya sholat.
**
"Lanjut dong ceritanya."
Gadis dua puluh tujuh tahun itu menyeloteh. Mukenah yang dikenakannya belum rapih dilipat.

"Baik. Mari kita keluar. Disini tempatnya orang sholat dan ngaji."

Sampailah kami di  taman tak jauh dari Masjid.

"Setelah beberapa langkah, aku sangat jelas melihatnya. Akupun bertekad harus secepatnya beli. Kerudung instan yang dikenakannya memang biasa. Warnanya gelap, hitam. " Aku memulai obrolan ketika kami duduk di ujung kursi taman.

"Oh... Kerudung ternyata."
Mulutnya membentuk lingkaran, seperti anak kecil.
"Apa merknya?"
"Ada deh... Inisial Q, " jawabku.

Setelah aku tahu, aku berjanji akan membeli secepatnya. Naluri perempuan muncul, melihat fashion bagus langsung muncul. Hahaha

Dan sorenya saya ketemu teman. Lumayan akrab karena sama-sama satu daerah asal. Tiba-tiba saja dia mengeluarkan bungkusan plastik. Dari luar sudah terlihat, sesuatu tersebut warna pink.

"Apa isinya?"
"Sesuatu tersebut sama seperti yang dipake orang ketika di MTR."
"Weeeeeh... " Gelaknya.
***

Pasti kau bingung dengan ceritaku. Cerita apaan sih itu? Iya kan? Heuheuheu

Kau tau? Energi positif itu begitu besar ngaruhnya. Kau punya impian? Sebutkan! Serius, sebutkan yaa... Tekadkan dalam diri impian yang kau sebutkan tadi, kau bisa raih, kau peluk, kau nikmati. Bukan hanya kau yang nikmati, keluarga dan banyak orang akan ikut merasakan tercapainya impian tersebut.
SELAMAT ;)

* 05:05 waktu HK, Queen Elisabeth Hospital di saat kantuk melanda karena jam 3 sudah di Rs.
* Tulisan ini beberapa hari di draft, baru saya rampungkan.

19 Januari 2017.

Senin, 09 Januari 2017

Coklat Corak Bunga

Awalnya saya ucapkan selamat datang dua ribu tujuh belas. Mohon maaf jika tulisan-tulisanku tidak seperti anggota odop lainnya yang lebih enak dibaca. Hehe. Semua tulisan saya hanya untuk menangkap inti pesan yang saya tangkap dalam kehidupan sehari-hari. Semoga suatu saat inti-inti tersebut dapat saya urai banyak, sehingga bisa lebih enak dibaca.

Deh, klo udah ngobrol susah motongnya hahahaha

Ada hal yang selama ini saya simpan. Jadi 'pikiran' jika tak disampaikan.

Sudah sering kali saya dipuji sama banyak orang. Ketika berpapasan di lift flat rumah, di jalan, di pasar bahkan di mobil umum. Bisa ditebak karena apa?
Karena mereka melihat kerudung yang saya pakai. Kerudung tersebut saya peroleh pemberian teman. Bentuknya instan. Sampingnya ada belahan, atas belahan ada bunga yang terpisah dari bahan polos warna coklat. Sedangkan warna lainnya coklat corak bunga.

Jadi, jika dipakai, hiasan bunga tersebut terletak pas di bawah dagu samping saya.

"Hou leng a lei... "
Kurang lebih itu yang sering dikatakatan mereka. Sambil memegang kepalanya dan menunjuk hiasan bunga di kerudung. Saya tersenyum menanggapnya. Awalnya geer. Karena dipuji. Manusiawi. Hehe. Lama-lama terbiasa, karena saya pikir mereka muji kerudung, bukan saya hiks.

Dengan kejadian tersebut, saya sampaikan hal ini Teh Rizka -pemberi kerudung-.
"Iya Neng... Eteh juga suka dipuji gitu, kalau pakai kerudung itu," jelasnya.

Suatu hari di musim dingin, saya disuruh beli tungku. Ada sebuah toko di bawah flat. Toko tersebut khusus menjual bahan-bahan po dhong. Kebetulan saya sudah akrab dengan penjualnya. Sepasang suami istri, usia kisaran 50an.

Baru saja saya masuk toko. Ibu penjual sudah melotot ke arah saya. Merasa heran, saya hendak bertanya. Tapi saya urungkan, ketika dia mulai ngobrol. Ya, dia memuji kerudung yang saya pakai.
"Beli dimana?" katanya.
"Indonesia."
"Berapa?"
"Murah ko."
Saya menyebutkan angka dollar setara harga rupiah kerudung tersebut.
"Wah, kembeng keh, " katanya.
"Saya mau. Beliin ya," lanjutnya.
Saya balik arah, pulang ke rumah. Belanjaan sudah dibeli. Tapi, tanda tanya besar tiba-tiba mengganguku.
"Apa bisa beli kerudung yang sama persis? Sedangkan kerudung tersebut, model lama."

Bersambung...*

Keterangan;
- Hou leng a lei : kamu cantik
- Po dhong : Sop. Biasanya sop buah yang direbus lama. Kurang lebih 3 atau 4 jam. Dan rempah-rempah, biasanya untuk obat/kesehatan.
- Tungku : Jamur kering.
- Kembeng : Murah.

HK, 10-01-2017.

-Onedayonepost-

Selasa, 03 Januari 2017

Catatan akhir Desember

Aku bagaikan berdiri di tepi jurang. Ada jembatan disana. Aku harus melewatinya. Harus. Ya, aku harus melewatinya.

Mustahil balik lagi. Sesuatu dibelakangku udah runtuh. Senyap.

*31-12-2016

THEME BY RUMAH ES