Jumat, 08 Juni 2018

Toleransi Buah dari Akhlak Baik

Sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan. Sikap saling menjaga keutuhan. Sikap saling menjunjung kedamaian. Tiga kalimat tersebut mungkin mewakili arti toleransi, tema RWCODOP kali ini.

Kita hidup di Indonesia, negara yang penuh warna suku dan agama. Sudah layaknya betoleran. Tak lain supaya negeri kita aman dan damai.

Tapi kenapa masih ada orang yang tidak bertoleran? bersikap bengis terhadap perbedaan.

Manusia dengan segala kekurangannya menginginkan unggul dari yang lain. Apalagi jika tidak sekubu, segolongan. Ia akan melakukan hal apapun untuk menang.

Sikap ini bisa hilang, jika kita benar-benar selalu dekat dengan Tuhan. Iya, orang yang bertakwa. Orang-orang tersebut pasti punya akhlak baik. Dari perilaku baik ini akan melatih kita memilih perilaku yang tak pantas atau merugikan orang lain. Termasuk perilaku terhadap golongan yang berbeda, baik agama, suku, bahkan negara.

*Graha Subang Kencana 2 (GSK2), Jum'at terakhir bulan ramadan, satu jam sebelum berangkat nguli :)

#RWCODOP2018
#Ramadan1439H
#Nasihatdiri

Selasa, 05 Juni 2018

Masa Remaja

Setiap insan pasti merasakan kebahagiaan tersendiri ketika mengenang masa lalu. Salah satunya masa remaja, masa --yang konon-- sebagai ajang nencari jati diri, masa di mana sesorang harus mulai mengejar mimpi-mimpi.

Aku terlahir dari keluarga sederhana, kaya pun tidak, miskin pun tidak, ngepas. Tradisi mesantren sudah ada sejak orang tua terdahulu. Pun dengan kami, anak-anaknya. Harus masuk pesantren saat waktunya tiba.

Hmm aku skip dulu deh...

Masa SMP, masa di mana aku mengenakan kerudung. Tahu apa alasanya? Karena mimi (baca: ibu) selalu membandingkan aku dengan orang lain. Masih sangat jelas ucapannya,

"Nok, ga mau kayak dia tah? bisa berpakaian rapat dan rapih? padahal kamu itu ya, pagi-pagi ke sekolah pakai kerudung, pulangnya langsung sekolah madrasah pakai kerudung juga, ashar pulang. Abis maghrib berangkat lagi, ngaji. Masa masih betah dengan kaos dan celana pendek?"

Huhu, jiwa mudaku saat itu memberontak. Hihi. Aku juga sempet ngebatin, "Mungkin karena dia rambutnya keriting, Mi. Jadi ditutupin."

Untungnya ga aku ucap langsung dihadapan Mimi sih, bisa-bisa
mulutku di potong beliau. Hihi.

Bergulirnya waktu, aku malu sendiri ketika pulang sekolah madrasah, harus ganti baju atau kaos dan celana pendek.
"Capek juga kalau harus gonta-ganti pakaian.Toh bentar lagi maghrib," batinku.

Tepatnya bulan ramadan kelas dua SMP, tahun 2005 (Yah, ketahuan deh usiaku  sudah ga muda) aku belajar pakai kerudung. Jadi sepulang dari sekolah madrasah, tak kulepas kain segitiga itu. Dan ya Alhamdulilaah hingga sekarang bisa pakai, terima kasih Mimi. Heuheu

Oh iya lanjut tradisi mesantren di keluargaku ya...

Lulus SMP aku tinggal di pesantren Cirebon, dua jam-an dari tempat tinggalku, Indramayu. Untuk menuju ke sana, kami biasa menggunakan bus. Walaupun dekat, aku jarang pulang, Libur pesantren dan sekolah formal tidak sama. Ketika kegiatan pesantren libur, sekolah formal malah aktif, dan sebaliknya. Jad, kalau mau pulang pas menjelang idul fitri.

Salah satu hal yg paling kuingat, ketika aku belajar pakai sarung. Hihi. Ya di sana diwajibkan pakai sarung setiap hari, kecuali kegiatan pulang sekolah formal, yakni madrasah pesantren. Seperti sekolah madrasah pada umumnya, kami diwajibkan pakai seragam, baju putih/batik dengan bawahan rok.

Pertama kali belajar sih, masih merasa takut sarungnya jatuh. Hihi. Apalagi kalau lipatan kiri dan kanan ga sejajar, tambah susah untuk jalan. Haha

Berjalannya waktu, aku sudah terbiasa pakai sarung. Malah kami sering pakai sarung yang saat itu kekinian di pesantren. Sarung Tuban. Ya, sarung yg bahannya jatuh, ga tebel, tapi ga nerawang. Motif dan warnanya beraneka ragam. Mungkin sarung tersebut produksi dari daerah Jawa lainnya juga. Tapi, entah kenapa kami sering menyebutnya sarung Tuban.

Nah itu sekilas cerita masa remajaku. Entahlah, aku harus menyesal atau sedih karena mimi menyuruhku tinggal di pesantren, tempat yang identik dengan ketertinggalan, ga moderen. Hiks

Tapi yakinlah, seperti yang pernah diucapkan oleh saudaraku, "Selagi masih di dunia, sesuatu yang ga tahu dan bisa, dapat kita pelajari. Tapi kalau sudah di akhirat, mana bisa?"

*GSK 2, saat matahari menyapaku, masih tanpamu.

#RWCODOP2018
#Ramadankarim

Senin, 04 Juni 2018

Selametan: Berkumpul untuk Berdoa

Indonesia memiliki banyak beragam tradisi. Selametan salah satunya. Hingga sekarang, tradisi ini masih dilakukan orang Jawa. Mungkin juga luar Jawa, hanya saja beda nama.

Konon, selametan adalah warisan para ulama terdahulu. Mengumpulkan saudara, kerabat, tetangga untuk mendoakan apa yang diinginkan dari sohibul bait, orang yang punya hajat.

Di tempat tinggalku nama selametan masih umum. Ada beberapa nama khusus.

Misalnya, selametan untuk seorang wanita yang hamil tujuh bulan. Kami biasa menyebutnya memitu. Tujuannya tak lain untuk mendoakan supaya bayi dan ibu nya selalu dalam keadaan sehat dan diberi keselamatan saat melahirkan. Jika nanti bayi sudah lahir, orang tua memberi nama, selametan ini biasa disebut puputan. Bahkan ada beberapa orang sekaligus menyembelih kambing, mungkin niat beraqiqah.

Selametan untuk orang meninggal ketika sudah tujuh hari biasa kami sebut mitung dina, empat puluh hari matang puluh, hingga seratus hari nyatus.

Masih banyak jenis-jenis nama selametan lainnya.

Selametan biasa dilakukan dengan tahlilan atau merhaban. Biasanya yang hadir laki-laki. Sedangkan para wanita hadir untuk kondangan, bawa beras. Selain makan di rumah hajat, sepulangnya nanti masih dibawa makanan dari yang punya hajat. Tak lain adalah berkat.

Sekian.

#RWCODOP2018
#Ramadan1439H

Minggu, 03 Juni 2018

Obrolan Dua Pemuda

Dua pemuda duduk di teras masjid, kopiah hitamnya masih bertenggar gagah di kepala keduanya.

"Lu, udah beli baju baru belum, Mblo?"

"Usiamu berapa, Bro?"

"Eh gua nanya. Lu kok nanya balik?"

"Lha itu jawabanya kok!"

"Mblo, Mblo... Terkadang, lu aneh."

Haha. Keduanya serentak tertawa.

"Gini Bro, Lebaran pakai baju baru cukup buat adik-adik kite aja."

"Kok bisa?"

"Anggap saja itu hadiah buat mereka, bisa berpuasa selama satu bulan. Kita kan udah gede, masa masih butuh baju baru."

"Hmmm..."

"Memang, Tradisi kita lebaran itu identik dengan hal baru, pakaian baru, sandal baru, makanan baru, sampai toples isi rengginang pun baru... Ya, sejatinya lebaran itu diri kita kembali suci, seperti bayi baru lahir."

"Bersih dari dosa gitu, Mblo?

"Betul. Karena kita telah menjalankan puasa, menahan hal yang kita bisa lakukan, makan dan minum contohnya. Bukan hanya itu, menahan hawa nafsu juga. Oh iya, niat puasanya pun hanya karena iman dan mengharapkan Ridho Allah. Dan diakhir ramadan kita telah menunaikan zakat fitrah."

"Eh tapi ada yang puasa, tapi masih marah-marah. Dan terkadang bolong-bolong ga puasa. Apa masih tetap bersih dari segala dosa?"

"Bisa jadi niat puasanya tidak karena ridho Allah. Wallahu a'lam."

"Hmmm..."

"Tadarus sudah mau mulai, masuk masjid, yuk."

"Yuk... Tapi... "

"Kenapa lagi?"

"Gua sudah beli baju baru, Mblo. Nah gimana tuh?"

"Haha, tinggal dipakai aja. Masa mau lu buang tuh baju?!"

Haha... :D
--------

Sumber: http://www.nu.or.id/post/read/53537/makna-dan-hikmah-idul-fitri

*GSK 2, di malam tanpa bulan, tanpamu.

#RWCODOP2018
#Ramadan1439H
#Nasihatdiri

Jumat, 01 Juni 2018

Kekasih Simpanan

Suatu hari, jika tak temukan aku dalam lembutnya selimut, aku bersamanya, kekasihku, selainmu

Jika tak temukan aku duduk di sofa, menunggumu, tempat biasa kita bersua, aku bersamanya, belahan jiwaku, selainmu

Jika  tak temukan aku di beranda facebook, aku bersamanya, teman hidupku, selainmu

Jika kau bosan menunggu balasan chatku yang masih centang satu, aku bersamanya, teman chatku, selainmu

Kamu tak usah cemburu apalagi kecewa. Sebab ia sama sekali tak bisa membalas cintaku. Hanya kamu seorang, cintaku

Karena ia adalah lembaran kertas yang belum sempat kusibak

Karena ia adalah tumpukan benda kotak di rak tua, yang belum sempat kukibas dengan kemoceng biru

Karena ia adalah buku-bukuku.

Rawabadak, 17 Ramadan 1439 H

#RWCODOP2018

THEME BY RUMAH ES