Boleh dong share pengalaman menulis buku hingga selesai...
Dulu sebelum menulis naskah #nikmatbersuadenganmu, saya ingin banget menyimpan kenangan atau jejak selama merantau di Hong Kong. Itu pun gara-gara ada salah satu guru nulis saya bilang begini, "Saya yakin banyak cerita yang dialami TKI di sana, coba tuliskan, ikat salah satu hikmahnya."
Oh ya ya, sayang juga kalau kenangan itu lewat begitu saja, tanpa kusimpan, kutulis menjadi sebuah buku. Janjiku saat itu.
Bagiku itu sebuah motivasi, dorongan untuk segera menulis rekam jejak TKI. Sesederhana itu ya? 🤣
Berjalannya waktu, saya pernah mendengar langsung dari Tere Liye dalam seminar di Jakarta, beliau bilang, "Tuliskan sebanyak-banyaknya motivasi, jika salah satu gugur, masih ada sisa motivasi lainnya."
Saat itu beliau menyebutkan...
Kamis, 14 Maret 2019
Selasa, 29 Januari 2019
Abah, Aku dan Kamu
Tahun 2011, saat itu saya kerja di sebuah mini market. Karena perempuan, tentu saja posisi saya sebagai kasir. Jarak tempat tinggal orang tua ke market lumayan jauh, tidak ada kendaraan umum kecuali ojek. Bisa ditebak, ongkosnya lebih mehong. Itulah alasan saya indekos.
Dan pada suatu hari, saya mendapat kabar dari teman satu angkatan di pesantren, kabarnya ia ingin melangsungkan pernikahan. Ia lumayan dekat, pernah satu tempat duduk di Madrasah Aliah.
Kebetulan saat itu, saya kebagian sif siang. Masih ada waktu untuk bisa hadir di waktu pagi.
Hari H pun tiba, saya berangkat ke rumahnya dengan kendaraan umum. Seorang diri. Dengan tabungan tanya alamat lewat SMS atau telepon, dulu mah belum punya android, mana bisa ngecek lokasi lewat google map.
Singkat cerita, akhirnya sampai...
Kamis, 24 Januari 2019
Gus Mus: Tentang Takwa
Saya suka baca buku non fiksi agama tentang ketauhidan. Tulisan-tulisan Kyai asal Rembang ini salah satu tulisan yang paling kusuka, mengingatkan saya bahwa manusia itu sangat kecil banget, Tuhan lah yang Maha Esa.
Buku ini adalah kumpulan tulisan beliau yang pernah terpampang di berbagai media cetak. Ada tiga bab yang terdiri dari beberapa sub bab.
Saya sendiri beberapa kali loncat ke bab lain, karena otak saya ga mampu. Hehe
Sampailah ke sub bab 'Dia , Saya, dan Takwa'. Di sana beliau menuliskan seorang sahabat --bisa dibilang gitu kali ya-- yang tiba-tiba main ke rumah. Karena waktu Maghrib tiba, si sahabat ikut berjamaah di surau pesantren bersama santri-santri. Saat wiridan beliau sempet memperhatikan sahabatnya dari Jakarta ini, berpenampilan ala orang kota. Dari mulai fisik,...
Jumat, 18 Januari 2019
Berbagi Kebaikan Melalui ODOP
"Satu Jam Termehek-mehek"
Aku sempet dibuat kaget saat membaca judul grup baru di WhatsApp. Wah semoga nanti bisa nimbrung, doaku siang itu. Sayangnya sindiran pacarku (baca: suami) terngiang keras, "Saya pengen deh jadi hape, biar dilihat kamu terus."
Jadi weh pada malam itu pilih menemani hari libur kerjanya.
Aku gabung Odop tiga yang saat itu dipimpin Mas Heru. Salut. Merasa bangga bisa gabung komunitas ini. Satu yang ga kudapat dari grup menulis lain, rasa kekeluargaan sesama anggota. Aku yakin kalian juga ngerasain.
Bergantinya tahun, Mas Ian yang kutahu orang Subang menggantikan jabatan penulis sejarah itu. Tambah salut. Lha ini ODOP makin banyak programnya, aku juga pernah ikut salah satunya, RCO. Reading Challenge ODOP. Walaupun ga pernah lulus, parahnya sudah ikut dua kali😂
Setelah...
Minggu, 28 Oktober 2018
Pulang itu Berat, Ga Pulang Jauh Lebih Berat
Tulisan ini bukan untuk melarang teman-teman menjadi TKI. Bukan. Silahkan kerja di Rantau. Jemput rizki-Nya. Segerelah pulang kembali.
Kamu serius mau pulang selamanya? Kamu kok ngbreak, sayang lho beberapa bulan lagi finish? Mumpung belum nikah, puas-puasin aja dulu di sini, baru pulang...
Pertanyaan dan pernyataan di atas aku tepiskan dengan niat. Ya saat mau pulang kampung kita kudu punya niat, bukan sekedar niat, niat itu kudu kuat, kalau diibaratkan dengan dinding, ga akan lecet karena digedor palu.
Kapan kita bisa pulang? Ketika tujuan kita di Negeri rantau terpenuhi dan sudah punya bekal. Bingung ya? Nih contohnya, dulu pas berangkat si Inem (contoh lho ya) bertujuan untuk membangun rumah.
Setelah bisa membangun rumah, sudah saatnya Inem pulang.
Bekalnya apa? Tabungan....
Jumat, 19 Oktober 2018
Kepada Gerimis
Kepada gerimis kuberkisah,
“Ranting tubuhku terpelanting ke sana ke sini
ditampar angin berkali-kali.
Helaian jasadku terkulai
terurai.”
Kepada gerimis kumengadu,
“Seonggok ragaku bergeming
kaku
terguyur tetesanmu
kuyup.”
Lalu, waktu melesat jauh
Kepada gerimis kumengukir mimpi, “Layaknya kamu, aku pun siap jatuh terus menerus walaupun pelan, akan ada saatnya datang hujan besar, amukan badai. Namun, akan pergi secepat ia datang."
Kepada gerimis kuberjanji, "Layaknya kamu, aku pun harus siap dicekam hawa dingin. Kelak akan tiba saatnya datang segerombolan putihnya awan, bentangan birunya langit, dan jingga matahari menyelimuti.”
Kepada gerimis kuiramakan lagu, “Setelah kepergianmu akan ada ranumnya kembang warna-warni, hijaunya pepohonan dengan batang yang kokoh.”
“Pun...
Sabtu, 01 September 2018
Menyambut Matahari
Di pintu dhuha-Mu aku mengetuk
Mengangkat kedua tangan, bersaksi atas kebesaran-Mu
Melangitkan ummul quran
Mengagungkan ayat-Mu
Membungkuk, menghadap-Mu
Mengikrarkan kemahasucian-Mu
Bersujud kepada-Mu
Menekadkan kemahasucian-Mu
Mengucap salam dan salam
Di pintu dhuha-Mu aku mengharap
Limpahan rezeki-Mu
Orangtua yang masih peduli
Pasangan hidup yang mencintai
Keturunan yang sholeh-sholeha
Kesehatan jasmani
Iman yang selalu ada
Kerjaan yang baik
Teman kerja yang baik, yang tidak menikam demi akuan dari bos
Bukankah rezeki bukan melulu soal gaji dari bos?
Kurengkuhkan tubuh ini, menyembah-Mu, mengharap rezeki-Mu, kemurahan-Mu
Sebagai wujud syukurku, menyambut datangnya matahari.
Ah, apalah aku jika mentari-Mu tak bertandang?
Nur Musabikah
Kota Nanas, 1 September 2019
#onedayonepo...
THEME BY RUMAH ES