Boleh dong share pengalaman menulis buku hingga selesai...
Dulu sebelum menulis naskah #nikmatbersuadenganmu, saya ingin banget menyimpan kenangan atau jejak selama merantau di Hong Kong. Itu pun gara-gara ada salah satu guru nulis saya bilang begini, "Saya yakin banyak cerita yang dialami TKI di sana, coba tuliskan, ikat salah satu hikmahnya."
Oh ya ya, sayang juga kalau kenangan itu lewat begitu saja, tanpa kusimpan, kutulis menjadi sebuah buku. Janjiku saat itu.
Bagiku itu sebuah motivasi, dorongan untuk segera menulis rekam jejak TKI. Sesederhana itu ya? 🤣
Berjalannya waktu, saya pernah mendengar langsung dari Tere Liye dalam seminar di Jakarta, beliau bilang, "Tuliskan sebanyak-banyaknya motivasi, jika salah satu gugur, masih ada sisa motivasi lainnya."
Saat itu beliau menyebutkan angka 99, jika satu gugur, masih ada 98 tersisa.
Kok pas banget, ketika saya sudah pusing dan mual (hamil kali) menyelesaikan naskah, ada orang ngomong seperti itu. Alhamdulilaah, obat nih, batinku.
Hari-hari berikutnya saya baca ulang buku-buku teknik kepenulisan, satu buku khatam beralih ke buku lain dan seterusnya. Saya ingat-ingat ulang materi kepenulisan dari beberapa grup yang pernah saya ikuti. Hingga akhirnya saya menemukan motivasi baru.
1. Buku pertama adalah gerbang pertama
Perjalanan panjang dimulai dengan langkah pertama. Sama saja dengan buku pertama, ia akan menjadi penyemangat untuk buku selanjutnya. Ia akan menuntun ke gerbang selanjutnya.
Saat mentok itu, saya sering banget berpikir, "Lha masa naskah ga selesai, gimana saya mau nulis naskah lain, sedangkan naskah sekarang belum selesai."
Saya pun menertawai diri, untuk segera menyelesaikan naskah. Haha
2. Dikenal keluarga
Saya pernah ikut pelatihan menulis online, sang pemateri mengajukan pertanyaan:
"Ada gak sih diantara kalian yang tahu nama buyut, canggah, wareng?" (Silsilah dari kakek dalam Jawa)
Tiba-tiba chat bersautan
Tidak tahu
Tidak tahu
Saya tahu nama Kakek doang
Dan masih banyak chat sama.
"Nah kalian tahu ga, kira-kira kenapa kalian sampai ga tahu nama mereka?"
Kami masih terdiam.
"Ya, karena mereka tidak meninggalkan karya. Karena mereka tidak meninggalkan pesan buat kalian."
Tak ada satu pun chat berseliweran.
"Berjanjilah pada diri, sebelum usia habis bisa menerbitkan buku minimal satu. Untuk kelak anak cucu keturunan kalian."
Sang pemateri mengakhiri pertemuan itu.
Selain yang disebutkan di atas, beberapa motivasi penulis terkemuka selalu dibaca ulang, ditulis di mana pun, diary, note, dll.
"Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kamu ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri."
(J.K. Rowling)
Sekarang sudah tahu ya, jawaban judul tulisan ini? Tepat, sosok itu adalah motivasi. Misal ada yang tanya, kenapa ya naskahku belum selesai? Bisa jadi karena motivasi kurang kuat.
Motivasi itu apa sih?
Coba tanya pada diri,
mengapa kamu menulis?
Sudah dijawab? Itu dia motivasi.
Tulisan berikutnya, saya mau berbagi pengalaman kirim naskah ke penerbit. Insya Allah🤲
Kota Nanas, 14 Maret 2019
#onedayonepost
#365days
#9of365
#2019bercerita