Kepada gerimis kuberkisah,
“Ranting tubuhku terpelanting ke sana ke sini
ditampar angin berkali-kali.
Helaian jasadku terkulai
terurai.”
Kepada gerimis kumengadu,
“Seonggok ragaku bergeming
kaku
terguyur tetesanmu
kuyup.”
Lalu, waktu melesat jauh
Kepada gerimis kumengukir mimpi, “Layaknya kamu, aku pun siap jatuh terus menerus walaupun pelan, akan ada saatnya datang hujan besar, amukan badai. Namun, akan pergi secepat ia datang."
Kepada gerimis kuberjanji, "Layaknya kamu, aku pun harus siap dicekam hawa dingin. Kelak akan tiba saatnya datang segerombolan putihnya awan, bentangan birunya langit, dan jingga matahari menyelimuti.”
Kepada gerimis kuiramakan lagu, “Setelah kepergianmu akan ada ranumnya kembang warna-warni, hijaunya pepohonan dengan batang yang kokoh.”
“Pun denganmu,” bisikmu.
Nur Musabikah
Kota Nanas, 28 September 2019
2 komentar:
Tetap semangat nulis mbak. Eh tapi itu beneran 28 September 2019 ?
2018. Haha
Posting Komentar