"Beibb, lagi kenapa? Senyam senyum kayak abis ketemu calon mertua."
Seseorang menarik ujung belakang kerudungku dari belakang. Sontak aku balik badan melihat siapa kah gerangan. Walaupun, aku paham dari suaranya.
"Sok tau kamu. Mana bisa melihat tampak wajah seseorang dari belakang," kataku mencibir.
"Cuman nebak. Hahaha... " Jawabnya sambil tertawa lebar.
"Sst.. Perempuan. Ga baik tertawa keras."
"Ups!" refleks, kedua tangannya membungkan mulut.
Kami segera duduk disebelah masjid, antri wudhu. Hari itu libur kami.
"Vi, tau ga? Kemarin minggu aku mendapat sesuatu." Aku memulai obrolan. Luvi teman baikku selama di tanah rantau. Belum lama dia berjilbab rapih. Dulu, rambut panjangnya terurai begitu saja, putih mulus kakinya terlihat jelas. Sudahlah, aku tidak mau bahas itu. Lain waktu. Akan aku ceritakan. Supay kau tahu dan paham.
"Hei... " Aku menyenggol samping tangannya. Dia masih fokus ke androidnya.
"Eh iya. Tadi mau ngobrol apa?" tanyaya.
"Pas di MTR aku melihat sesuatu. Bikin penasaran. Aku suka melihatnya. Dia berdiri agak jauh dariku. Penuh orang. Hingga aku menggeser dari tempat asal ke dia. Hanya untuk melihat lebih jelas."
"Laki-laki?" dia memotong obrolanku
.
"Hhh dasar jomblo. Laki-laki mulu hafalnya." Aku menepuk lembut pipi cabinya. Lalu menarik tangannya. Tempat wudhu sudah sedikit orang, tidak ngantri.
"Kita wudhu dulu. Hawatir iqomat. Sayang 27 derajat kalau dilewat," ujarku.
Masjid kukunjungi ini, terletak di Kowloon. Tepatnya di Tsim Sha Shui. Jika suatu hari kau ditakdirkan ke sini, berkunjunglah. Kau akan temui Tuhan lebih dekat.
Selesai wudhu, aku dan dia segera naik ke lantai dua. Tempat sholat wanita. Tak lama adzan berkumandang, suaranya hanya bisa terdengar dalam Masjid. Jika kita diluar, tak bisa terdengar. Hanya suara bising kendaraan dan orang-orang beraktifitas. Oh iya, kau harus tahu, di Masjid sini jangan heran selesai adzan langsung iqomat.
Suara adzannya khas logat Urdu.
Kami larut dalam khusunya sholat.
**
"Lanjut dong ceritanya."
Gadis dua puluh tujuh tahun itu menyeloteh. Mukenah yang dikenakannya belum rapih dilipat.
"Baik. Mari kita keluar. Disini tempatnya orang sholat dan ngaji."
Sampailah kami di taman tak jauh dari Masjid.
"Setelah beberapa langkah, aku sangat jelas melihatnya. Akupun bertekad harus secepatnya beli. Kerudung instan yang dikenakannya memang biasa. Warnanya gelap, hitam. " Aku memulai obrolan ketika kami duduk di ujung kursi taman.
"Oh... Kerudung ternyata."
Mulutnya membentuk lingkaran, seperti anak kecil.
"Apa merknya?"
"Ada deh... Inisial Q, " jawabku.
Setelah aku tahu, aku berjanji akan membeli secepatnya. Naluri perempuan muncul, melihat fashion bagus langsung muncul. Hahaha
Dan sorenya saya ketemu teman. Lumayan akrab karena sama-sama satu daerah asal. Tiba-tiba saja dia mengeluarkan bungkusan plastik. Dari luar sudah terlihat, sesuatu tersebut warna pink.
"Apa isinya?"
"Sesuatu tersebut sama seperti yang dipake orang ketika di MTR."
"Weeeeeh... " Gelaknya.
***
Pasti kau bingung dengan ceritaku. Cerita apaan sih itu? Iya kan? Heuheuheu
Kau tau? Energi positif itu begitu besar ngaruhnya. Kau punya impian? Sebutkan! Serius, sebutkan yaa... Tekadkan dalam diri impian yang kau sebutkan tadi, kau bisa raih, kau peluk, kau nikmati. Bukan hanya kau yang nikmati, keluarga dan banyak orang akan ikut merasakan tercapainya impian tersebut.
SELAMAT ;)
* 05:05 waktu HK, Queen Elisabeth Hospital di saat kantuk melanda karena jam 3 sudah di Rs.
* Tulisan ini beberapa hari di draft, baru saya rampungkan.
19 Januari 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar