Sabtu, 03 September 2016

Kasih sayangmu, bu...

Cintanya tinggi menjulang ke Langit....
Cintanya luas bermuara ke Samudra...

"Mimi hawatir, dapet kabar Aris sedang sakit dan digundul," awal ceritanya.
Aku dibuat heran, apa iya santri baru melakukan kesalahan langsung kena hukum, digundul? Ah. Aku berusaha menghapus pikiran negatifku.
"Kok bisa digundul mi? Sakit apa?" Tanyaku beruntun.
"Kasih waktu Mimi cerita, dulu."
Di tengah ramainya pasar, aku memperbaiki posisi hape, Karna ga bawa headset. Aku berhenti di dekat tangga pasar, supaya fokus denger cerita mimi.

"Pagi pagi sekali, kelar jualan, Mimi langsung meluncur ke Cirebon. Mampir sebentar di Patrol, beli kentucky dan makanan ringan, abis 50ribu. Sisa uangnya buat ongkos, bawa uang 200ribu," Ceritanya. Saya ngebayangin, betapa capeknya Mimi, semalaman ga tidur dari jam 1 karena mulai masak untuk jualan sarapan. Abis shubuh biasanya pembeli udh mulai berdatangan, Mimi sendirian jualan. Melayani mereka sampai jam setengah9. Rasa capek dan ngantuk pasti ada. Biasanya kalau selesai jualan, langsung rebahan, tidur. Bangun jam 11 untuk dhuha, lanjut masak buat makan siang, nunggu anak-anaknya pulang dari Sekolah. "Ya Allah, Mi," batinku, mendoakan mimi supaya di beri kesehatan.

"Pas nyampe pesantren, Mimi temui Aris setelah beberapa menit nunggu karena masih di kelas. Langsung Mimi tanya perihal gundul dan sakit," Ceritanya berlanjut.

Saya tidak sabar nunggu cerita Mimi. Sampe ahkirnya saya ketawa pada inti ceritanya, "Kata Aris, emang bener sakit cuman sehari doang, karena sakit perut. Kalau masalah gundul, itu tidak benar. Lha wong cuman di potong jambulnya doang, supaya keliat rapih. Kemudian Mimi ngajak makan bakso bareng, Eh ternyata Arisnya lagi puasa. Konon, di pesantren mewajibkan santrinya untuk puasa di awal, tengah dan akhir bulan hijriyah," Mimi mengakhiri ceritanya. Tawanya juga terdengar sampai ke telingaku yang nempel di hape.

Akhirnya mereka berpisah, Mimi pulang ke rumah. Aris balik lagi ke Sekolah, mengikuti pelajaran.

Saya melanjutkan belanja yang tertunda. Sebuah nasehat dari seorang adik yang belajar perihatin, tidak banyak jajan untuk mengikuti peraturan di Pesantren.

Pesantren sebagai ajang latihan kita menghadapi kesusahan. Pesantren tempat belajar banyak hal. Pesantren tempat paling berkah karena dekat dengan para kyai atau Ulama.

Tidak ada komentar:

THEME BY RUMAH ES