Sial! Dia datang. Payah! Aku meracau diri.
Suara sepeda motor berhenti di halaman rumah.
Langkah kakinya terdengar pelan, menapaki lantai. Pintu terbuka disusul suara
bedebum. Di luar, senja mulai memanja. Mewarnai langit biru dengan emasnya.
“Blekkggg!”
Gadis mungil itu menjatuhkan tubuhnya
ke kasur. Bersamaan dengan bungkusan plastik hitam besar yang dibawanya.
Tubuhnya terlentang, kaos kaki masih melekat, matanya berkali-kali kedip.
Mungkin saja, menahan kantuk, seharian kerja. Aku tiap hari melihat kejadian
ini. Bosan? Tidak. Karena aku memang ditakdirkan untuk menemani dia sepanjang
hidupnya.
Tapi, ada hal yang paling aku benci
pada dirinya. Ingin sekali jewer dia. Biar dia tahu rasanya disakiti. Ingin
maki dia, biar tahu rasanya dicampak. Ah, tapi apalah dayaku! Biar Tuhan saja
yang menegur, lewat perantara apapun!
Hey, pasti kau heran dan bertanya.
Kenapa? Lain waktu, aku cerita.
Ruangan ini saksi atas
ketidaksukaanku padanya. Cerah, karena di cat warna hijau muda. Hiasan dinding
berupa pigura tulisan arab juga bertengger di sana. Tapi, tidak menjadikanku
secerah dan sesejuk atas perilakunya kepadaku.
Kulihat dia terbangun dari tidurnya
yang tak lama. Matanya melotot ke arah benda kecil di pergelangan tangan
kanannya. Lalu dia meloncat, berlari ke arah pintu. Tubuhnya hilang dari
penglihatanku.
Baru saja kucoba menenangkan diri,
tapi sosoknya sudah berada di depanku. Wajah ayunya basah, lengan kaos dan
celana panjangnya digulung. Lalu, Berdiri menghadap barat dengan busana putih
beregelarkan sajadah merah.
Bagaimana tidak banyak orang yang
suka? Gadis yang belum lama lulus SMA itu dinilai tetangganya, pekerja keras
dan rajin ibadah. Ah, tapi tetap saja ada rasa benci tumbuh dalam diriku.
Setelah kepalanya nengok kanan
kiri, dia menunduk khusyuk. Lalu kedua tangannya menengadahkan ke atas.
Tubuhnya kembali meloncat ke kasur,
mulai membuka plastik hitam itu. Apa gerangan di dalamnya? Wajahnya yang kusut
terlihat memancar. Senyumnya mulai gemulai. Tangannya mulai merogoh, matanya
tidak sedikitpun berpaling dari benda hitam itu.
Beberapa benda mulai dia
pegang. Tangannya mulai menyobek plastik bening yang melekat. Ditimang-timang
lalu
sebentar memandang bagian depan belakang. Kepalanya mengangguk-angguk.
Lalu tangannya kembali merogoh plastik hitam, mulai memegang benda yang sama, dam
melakukan hal yang sama. Aku ingat betul, empat kali dia lakukan hal serupa,
bedanya, dia ga menyobek plastik bening bungkusan benda pipih itu.
Dia mulai beranjak turun.
Membawa semua benda barunya, menuju ke tempatku berada yang sedari tadi terbuka
lebar. Dengan tampang yang tidak merasa bersalah, dia menggeser posisiku menepi,
benda baru ditangannya, menempatinya.
Akh, hari ini aku tambah benci
padanya. Aku penghuni lama dalam kotak ini. Tapi selalu saja dia biarkan aku diam berdiri, terbungkus
rapih dengan plastik bening. Aku benci! Ini hal yang membuatku benci padanya!
#onedayonepost #TantanganFiksi
#TugasPertama
2 komentar:
Buku-buku baru yang tidak terbaca, ya? ๐
Ceritanya Bagus, Mba.
Sedikit catatan boleh yaa..., untuk kata kerja; jewer lebih tepatnya menjewer. Begitu juga maki, lebih tepatnya memaki.
๐๐
iya mbak. hiii
Terima kasih masukannya
Posting Komentar