Yeaa..
Alhamdulilah lebaran tahun ini, aku merdeka!
Lha emang tahun-tahun kemarin dijajah?!
Loading...
Duh, ini yang
nulis ganjen banget! Hehehe
Jadi, tahun-tahun
kemarin aku kerja dan tinggal di daerah mayoritas non muslim. Setiap lebaran, aku
harus jauh-jauh hari izin libur pas hari lebaran, karena bertepatan dengan hari
kerja, bukan hari minggu. Mending kalau lagi nasibnya baik, si bos ngasih
seharian full libur (tapi tetep aja sih jam 9 malam harus balik lagi ke rumah, hiks),
kalau lagi ga baik? Huh, jam satu siang pun udah harus balik, lanjut kerja.
Nyesek banget kan, lebaran disibukan dengan kerja. Ya, paling tidak kita bisa
telepon sama orang jauh di kampung. Ada lagi, si boss ngasih izin kita (para
TKI) pas sholat iednya doang. Artinya selesai itu pulang dan langsung kerja.
Heuheuheu.
Resiko hidup
ikut orang (nah kalau gini, idem, gak mau deh nulis paragraf di atas
*jiwit)
Nah kan, kayak
orang dijajah? *ketawasedih
Segala puji bagi
Allah, yang telah menguatkan tekadku untuk pulang ke kampung halaman. Hingga
sekarang bisa kumpul bersama keluarga.
Si kembar, adikku
yang paling ujung. Dua-duanya perempuan. Tahun ini usianya sembilan tahun. Dari
kecil pisah tempat tinggal. Novi sama mimi. Nova sama saudara. Untungnya rumah
kami sebelehan, jadi pisahnya nggak jauh-jauh banget.
Pagi-pagi sebelum
berangkat sholat ied, si Nova sudah maen ke rumah. Bisa nebak gak ngapain?
Terkadang risih
juga melihat tingkah mereka, karena di keluarga, baru ada mimi saja yang kembar
selain dari anak-anak kakek mimi dengan istri lainnya (bingung ya?).
Oh iya, pagi-pagi Nova nanya sambil selendehan
di pintu tengah, “Ovi, hari ini
pake baju yang
mana?”
“Merah,” jawab si
Ovi. *nahanpengenjiwit
Setelah semua
siap, kami berangkat ke Masjid. Hari fitri memancarkan setiap wajah yang
kutemui di jalan berseri, menari di hati, seulas senyum berbagi. Gema takbir,
tahmid, tasbih dan tahlil mengalir merdu dari corong-corong Masjid. Menjadikan
hati setiap insan yang mendengarnya merasa bahwa diri sangat kecil.
Lantunan merdu
itu membawa kami dalam khusyunya setiap takbir, sujud, sampai salam.
Di tengah jamaah menyimak
Sang Khotib menyampaikan khotbahnya, bocah bermuka lebar, sedikit putih –ini salah
satu pembeda diantara merea-- langsung rebahan di hamparan sajadah. Disusul
tetangganya, si Novi. Dengan suara lumayan keras dia mulai menyampaikan sesuatu.
“Ang, yang lagi ngomong, apa sedang baca
puisi?’’
Hahaha. Hatiku
tertawa keras, melebihi suara khotib.
“Itu lagi
ceramah, Nok. Yang ceramah itu
namanya khotib. Dengerin ya...”
Senyum paksaan
kubuat sejadinya, menahan tawa. Sedangkan cekikan dari saudaraku yang lain
meledek Nova yang masih polos. Si kembar memang banyak tingkah lucu.
Bukan hanya itu,
ketika awal-awal ramadhan mereka memintaku mengajari bagaimana do’a sholat sunah
Witir setelah tarawih. Si Novi beberapa kali aku tuntun, sudah langsung hafal
dan lancar. Lain dengan Nova, dari awal malah sering salah, harusnya usholi malah meleset ke nawaytu. Hehehe. Si Nova butuh waktu
lama untuk mengingat sesuatu.
Serangkaian acara
sholat iedul fitri selesai. Setelah menengadahkan tangan, mengemis kepada-Nya,
kami ikut bersalam-salaman dengan jamaah lain.
Lalu...
Kami pulang. Kami
menang. Kalian juga menang. Aamiin.
"Taqobbalallah Minna Wa minkun. Shiyaa manaa Wa Shiyaa Ma kum."😊
Nur Musabikah
Indramayu, 14
Syawal 1438 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar