Selasa, 04 Juli 2017

Lebaran Bareng si Kembar



Yeaa.. Alhamdulilah lebaran tahun ini, aku merdeka!
Lha emang tahun-tahun kemarin dijajah?!

Loading...

Duh, ini yang nulis ganjen banget! Hehehe

Jadi, tahun-tahun kemarin aku kerja dan tinggal di daerah mayoritas non muslim. Setiap lebaran, aku harus jauh-jauh hari izin libur pas hari lebaran, karena bertepatan dengan hari kerja, bukan hari minggu. Mending kalau lagi nasibnya baik, si bos ngasih seharian full libur (tapi tetep aja sih jam 9 malam harus balik lagi ke rumah, hiks), kalau lagi ga baik? Huh, jam satu siang pun udah harus balik, lanjut kerja. Nyesek banget kan, lebaran disibukan dengan kerja. Ya, paling tidak kita bisa telepon sama orang jauh di kampung. Ada lagi, si boss ngasih izin kita (para TKI) pas sholat iednya doang. Artinya selesai itu pulang dan langsung kerja. Heuheuheu.
 Resiko hidup ikut orang (nah kalau gini, idem, gak mau deh nulis paragraf di atas *jiwit)

Nah kan, kayak orang dijajah? *ketawasedih

Segala puji bagi Allah, yang telah menguatkan tekadku untuk pulang ke kampung halaman. Hingga sekarang bisa kumpul bersama keluarga.

Si kembar, adikku yang paling ujung. Dua-duanya perempuan. Tahun ini usianya sembilan tahun. Dari kecil pisah tempat tinggal. Novi sama mimi. Nova sama saudara. Untungnya rumah kami sebelehan, jadi pisahnya nggak jauh-jauh banget.

Pagi-pagi sebelum berangkat sholat ied, si Nova sudah maen ke rumah. Bisa nebak gak ngapain?
Terkadang risih juga melihat tingkah mereka, karena di keluarga, baru ada mimi saja yang kembar selain dari anak-anak kakek mimi dengan istri lainnya (bingung ya?).

Oh  iya, pagi-pagi Nova nanya sambil selendehan di pintu tengah, “Ovi, hari ini   
pake baju yang mana?”

“Merah,” jawab si Ovi. *nahanpengenjiwit
Setelah semua siap, kami berangkat ke Masjid. Hari fitri memancarkan setiap wajah yang kutemui di jalan berseri, menari di hati, seulas senyum berbagi. Gema takbir, tahmid, tasbih dan tahlil mengalir merdu dari corong-corong Masjid. Menjadikan hati setiap insan yang mendengarnya merasa bahwa diri sangat kecil.
Lantunan merdu itu membawa kami dalam khusyunya setiap takbir, sujud, sampai salam.

Di tengah jamaah menyimak Sang Khotib menyampaikan khotbahnya, bocah bermuka lebar, sedikit putih –ini salah satu pembeda diantara merea-- langsung rebahan di hamparan sajadah. Disusul tetangganya, si Novi. Dengan suara lumayan keras dia mulai menyampaikan sesuatu.

Ang, yang lagi ngomong, apa sedang baca puisi?’’

Hahaha. Hatiku tertawa keras, melebihi suara khotib.

“Itu lagi ceramah, Nok. Yang ceramah itu namanya khotib. Dengerin ya...”

Senyum paksaan kubuat sejadinya, menahan tawa. Sedangkan cekikan dari saudaraku yang lain meledek Nova yang masih polos. Si kembar memang banyak tingkah lucu.

Bukan hanya itu, ketika awal-awal ramadhan mereka memintaku mengajari bagaimana do’a sholat sunah Witir setelah tarawih. Si Novi beberapa kali aku tuntun, sudah langsung hafal dan lancar. Lain dengan Nova, dari awal malah sering salah, harusnya usholi malah meleset ke nawaytu. Hehehe. Si Nova butuh waktu lama untuk mengingat sesuatu.

Serangkaian acara sholat iedul fitri selesai. Setelah menengadahkan tangan, mengemis kepada-Nya, kami ikut bersalam-salaman dengan jamaah lain.
Lalu...
Kami pulang. Kami menang. Kalian juga menang. Aamiin.

"Taqobbalallah Minna Wa minkun. Shiyaa manaa Wa Shiyaa Ma kum."😊

Nur Musabikah
Indramayu, 14 Syawal 1438 H
foto; google



#Onedayonepost

Tidak ada komentar:

THEME BY RUMAH ES