Selasa, 08 November 2016

Air Mancur

Juli 2013, untuk pertama kalinya saya pergi ke Jawa Timur seorang diri. Karena urusan mendadak, memenuhi persyaratan kerja. Untung saja mimi bersedia mengantar saya ke Terminal. Saya lebih milih waktu malam untuk perjalanan.

Besoknya, sekitar jam 1 siang, saya sudah nyampe di Bungurasih. Di lanjutkan naik ojek ke tempat tujuan. Kantor masih buka. Tapi orang yang saya cari sudah pulang. Ahirnya saya bermalam di penginapan. Bukan hanya saya, banyak para calon pekerja yang sedang mengurus syarat-syarat atau belajar bahasa asing.

Hari kedua, pagi pagi saya sudah bertandang ke kantor. Berharap, cepat selesai dan cepat kerja. Tidak lama menunggu orang yang saya cari datang. Pak Erik namanya, pemilik PJTKI (Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia) di daerah Sidoarjo. "Nanti kalau sudah beres, kamu sudah boleh pulang, Nur, " katanya setelah menerima berkas-berkas yang saya bawa. "Baik, Pak, "jawabku.

Akhirnya, sore jam 4 an saya sudah selesai urusan. Ketika itu, saya ada di Blitar, mengurus sesuatu di kantor Imigrasi. Merasa bingung karena hari sudah beranjak petang. Tidak mungkin langsung ke Bungurasih, mendadak cari tiket pulang ke Indramayu. Tak sengaja melihat tiket bis dari Bungurasi ke Blitar, saya lihat Malang tidak jauh jaraknya dari Blitar. Saya langsung capcus mengirim pesan seseorang.

Tak lama pesan balasan saya terima, "Boleh mbak, mumpung saya lagi bebas nih kuliahnya," jawabnya singkat. Umu, salah satu teman waktu dulu sama-sama nuntut ilmu di Cirebon.

Beberapa jam kemudian, di tempat yang sudah kami sepakati, kami bertemu. Dia bawa sepeda motor temannya, menjemput saya di terminal Arjosari. Lama tidak ketemu, bahagia menyelimuti kami.

"Kayak mimpi ih mbak," celotehnya sambil nyetir. Kami tertawa, menikmati perjalanan malam itu.
''Seneng deh, rasanya kaya di bestelin dulu kita di pesantren. Padahal umi sama abah belum pernah ke Malang tau. Eh, mbak nya malah duluan kesini," tambahnya sambil cekikikan. Saya di jok belakang balik cekikikan menanggapnya.
**

Tak terasa saya numpang ditempat Umu beberapa hari. Saya di ajak keliling UIN depan kost annya. Di ajak ke tempat jualan buku murah. Dan mencicipi makanan unik ala Malang, dan masih banyak lagi.

Yang saya ingat sampai sekarang, ketika saya diajak dia ke Alun-alun, kami duduk di depan air mancur. Rameh pedagang asongan mebuat kami jajan banyak. Anak kecil berlarian, pasangan muda mudi berdampingan dan beberapa aktifitas lainnya di keramaian malam.

Ditengah obrolan, Umu cerita tentang abahnya. "Saya salut mbak, sama Abah. Dulu jamannya kuliah dia nyambi dagang.." Saya mengangguk-angguk mendengarnya. "Huh, saya mah sampe sekarang masih saja minta uang sama orangtua," tambahnya.
"Abah pernah ngomong, hidup itu seperti air mancur. Berasal dari bawah kemudian ke atas, lalu kebawah lagi. "

Sambil ngunyah makanan, saya termenung mengartikan pesan Abahnya Umu. Mengajarkan saya untuk selalu ingat diri, walaupun posisi kita diatas kesuksesan, akan tiba saatnya kita akan dibawah lagi.  Ya, kematian, pintu utama untuk menjalani kehidupan sebenarnya.

#Onedayonepost

00:13 waktu HK, 8-11-2016 di tengah menggigilnya tubuh, karena musim dingin sudah mampir.

*Barusan dapet kabar dari  temanku bahwa anaknya meninggal karena kebawa arus sungai. Semoga syurga tempatnya ya dek....
Besok temanku pulang ke Indonesia, semoga dipermudah dan lancar, yang tabah ya mbak.. :'(

Tidak ada komentar:

THEME BY RUMAH ES