Selasa, 04 Oktober 2016

Penjual Toge dan Biskuit

    Jam tujuh pagi, biasanya saya mulai kerja. Nyapu, ngepel, bikin sarapan buat nenek ( Ibunya majikan). Kurang lebih jam sepuluh kerjaan kelar, kemudian dhuha dan langsung ke Pasar. Jam-jam segitu emang waktunya belanja keperluan masak, jadi tidak heran ketemu banyak teman-teman sesama Indonesia. Jangan heran lagi, biasanya mereka juga sibuk dengan android masing-masing. Ya, telfonan dengan keluarga di Kampung. Apalagi, mereka yang banyak kerjaan. Jadi ga sempet telfonan selama di rumah majikan.

Ada salah satu penjual langganan saya. Kalau dilihat-lihat, mereka -penjual langganan- selau ngasih harga yang lumayan tidak murah. Tapi, ga tahu betah aja beli sama mereka. Kenapa? Karena mereka ramah, kadang-kadang ngajak ngobrol. Dari obrolan tersebut akhirnya mereka berani nanya banyak sama saya.

"Amui, kenapa selalu tutupi kepalamu? Make baju dan celana panjang juga," tanyanya suatu waktu.
"Iya, saya kan muslim. Jadi harus menutupi semua anggota badan kecuali muka sama telapak tangan," jelasku dengan sedikit susah pake kantonis.
"Oh. Emang ga panas?"
"Ya, enggak! Di Indonesia jauh lebih panas dari Hongkong," jawabku diakhiri cengengesan. Diapun terangguk-angguk.

Jujur sih, udah sering banget saya ditanyain masalah hijab sama mereka yang bermata sipit itu. Wajar kalau musim dingin. Masalahnya kalau musim panas, mereka kaget, katanya aneh.  Dulu saya sempet diledek sama supir taksi. Hehe

Kembali ke penjual langganan saya. Mereka ini bertiga, ada kemungkinan bersaudara, liat dari mukanya. Dua perempuan dan satu laki-laki. Umurnya? Hampir setara! Mungkin kurang lebih 40an. Resep saya ngeliatnya, rukun banget. Bahagia ya kalau kita kerja bareng-bareng sama keluarga. Gak kaya saya *Plak!

Selain ngobrol, mereka sering ngasih saya makanan. Cuman biskuit sih, satu bungkus lagi. Tapi, namanya juga pemberian, saya sebagai penerima bungahnya minta ampun. Apalagi si pemberi orang lain, bukan keluarga atau majikan kita. Bener ya, bahagia itu ketika kita memberi. Iya, ikut merasakan melihat si penerima bahagia. Terkadang saya malu bin sungkan, pasalnya mereka sering banget ngasihnya. Nyaris tiap saya belanja kesitu. Padahal, saya cuman beli toge $5! Hiks

Berjalannya waktu, detik ganti menit, menit ganti hari dan hari ganti bulan. Saya masih setia belanja disitu. Ada kejanggalan ketika mereka ngasih saya biskuit.
"Ini, saya kasih kamu... "
"Iya, makasih. Togenya $5!"
Di sela kesibukan mereka melayani pembeli termasuk saya, ada sesuatu dipikiran yang bikin hati dan mulut menyampaikan padanya, "Kamu tau ga, hari ini saya udah ga boleh makan selama sebulan?" tanyaku pelan setelah pembeli pada bubar.
"Hamai kah?" tanyaya heran, matanya sedikit melebar. "Iya." "Terus kapan kamu boleh makan?" "Ntar jam 7. 15 menit."
"Wah, kamu hebat seharian ga makan. Tapi minum boleh ya? Abis itu lanjut ga makan-makan lagi."
"Ya, tetep ga boleh walaupun air." Jujur, pas itu saya cengengasan sendiri ngeliat polos pertanyaannya.

Seperti ada bisikan ke telinga saya untuk menyampaikan hal tersebut kepada mereka. Kita tidak tahu hidayah Allah kapan datang, untuk dan melalui perntara siapa. Kita manusia, makhluk yang hanya berusaha. Apalagi kita muslim yang harus dakwah dimana saja berada.

Hari-hari berikutnya, selama Ramadhan, mereka sering ngledek saya, "Bener nih, kamu seharian ga makan, minum?" "Iya...., "jawabku. Mereka nyodorin biskuit seperti biasanya, "Ini buat nanti malam, dimakan ya." Saya hanya mengangguk dan tersenyum menanggapnya. Menghormati mereka seperti menghormati makhlukNYA. Saya yakin mereka ini tidak punya pembantu. Mungkin itu alasan kenapa saya sudi menjawab setiap pertanyaannya.

"Tidak ada alasan untuk kita bermuka masam sekalipun kepada orang non muslim"

Cheung Sha Wan, 4 Oktober 2016
#HariKeDua
#Onedayonepost
  

10 komentar:

Sang Mahadewa mengatakan...

Saya tertarik dg tulisan mbk Musabbiha, setting Hongkong.
Pingin referensi tth tempat2 di sana.
Keren tulisannya.
Saya suka

Wiwid Nurwidayati mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Musabbiha el Abwa mengatakan...

mbak Wiwid, terima kasih udah mampir. iya sy kerja di Hk. duh, komentnya ga sengaja keapus huhuhuhu krn layar hp ga terlalu besar

Musabbiha el Abwa mengatakan...

makasih mas udh mampir. Referensi? boleh insya allah. Bisa japri juga

#FPG mengatakan...

Mbak di hongkong ya..ajarin saya bahasa kanton,dong

saya dengar di China Muslim dilarang puasa. kalo di hongkong lebih bebas kah?

Musabbiha el Abwa mengatakan...

Sedikit bisa kanton mbak, boleh.
Iya, Di hk bebas, boleh puasa.

makasih mbak Febi udh mampir

Unknown mengatakan...

Ceritanya simple tp pesennya kena banget. sippp mbak :)

Unknown mengatakan...

GREAT ARTICLE

Musabbiha el Abwa mengatakan...

makasih @asep @Devi udah mampir

Musabbiha el Abwa mengatakan...

makasih udah mampir

THEME BY RUMAH ES