Manis Setelah Pahit
Penulis : Edi Mulyono
Penerbit: Diva Press
Tebal : 100 hlm.
Penerbit: Diva Press
Tebal : 100 hlm.
Tidak ada sesuatu yang instan di dunia ini, apalagi bersinggungan dengan materi. Hanya orang yang bersungguh-sungguh, sabar, berdoa yang akan meraih impian tersebut.
Buku ini menjelaskan sebuah perjuangan Penulis, merintis Diva Press. Awal menerbitkan buku hutang kepada sebuah percetakan besar di Jogja. Di sela-sela sibuknya menjalani Program Masternya beliau (baca:penulis) sering bawa tas ransel besar. Isinya buku-buku untuk dititipkan ke bakul baku sekitar UIN Jogja. Tak jarang, beliau selalu ditolak beberapa toko buku.
Beliau juga pernah mengalami penyesalan karena tidak bisa nebus kalung mahar punya istrinya yang digadai untuk keperluan penerbitan buku.
Ada kisah yang paling terharu, ketika di awal usahanya, beliau didatangi orang-orang sok kaya dari Jakarta untuk membeli buku-buku terbitannya. Dengan rasa gembira, beliau langsung menyiapkan kemudian memasukan ke mobilnya. Buku-buku tersebut ternilai 8 Juta. Tak disangka mereka membayar chas hanya 500 ribu. Sisanya mereka memberi BG (semacam chek). Beliau menerimanya.
Ketika mencairkan BG, petugas bank menjelaskan bahwa rekening tersebut sudah di black list. Jadi, BG tersebut tidak bisa dicairkan. Runtuhlah hati beliau. Pulang kontrakan, beliau mendapati istrinya menangis mendengar kisahnya. Istrinya ketika itu lagi hamil. Beliau juga tak lupa menghubungi orangtuanya untuk meredakan rasa sedih. Abah beliau menangis dan berpesan untuk bikin buku lagi, walaupun beliau dilanda kebingungan tidak punya modal lagi.
"Cong, kamu nanti malam shalat tahajjud yang lama, secapeknya kamu tahajjud, ya. Lalu berdoa pada Allah. Mohon bantuan Allah. Besok, kamu sholat dhuha ya."
( Hal.17-18).
"Cong, kamu nanti malam shalat tahajjud yang lama, secapeknya kamu tahajjud, ya. Lalu berdoa pada Allah. Mohon bantuan Allah. Besok, kamu sholat dhuha ya."
( Hal.17-18).
Setelah menuruti petunjuk abah, beliau pergi ke percetakan tempat langganan beliau. Karena merasa malu jika minta tolong ke langganan tersebut, beliau malah berhenti pas di jalan menemukan sebuah plang percetakan. Beliau masuk, akhirnya beliau diijinkan mencetak buku tanpa DP (hutang).
Masih banyak perjuangan beliau yang akan merobek hati pembaca. Disini saya memaparkan beberapa saja.
Setelah berkali-kali jatuh akhirnya beliau bisa berdiri sampai sekarang. Diva Press termasuk penerbit besar di Indonesia.
Ditengah-tengah kesuksesan beliau, ada renungan yang membuat beliau harus berpikir keras. Banyaknya naskah ditolak yang diajukan ke Diva Press. Ya, hampir 400 naskah yang masuk.
Akhirnya, beliau dan kawan-kawan muncul ide bikin wadah yang menyajikan materi menulis. Maka jadilah Kampus Fiksi. Awal digelar pada April 2013. Gratis. Peserta membludak. Banyak juga peserta dengan terpaksa beliau tolak, supaya lebih intensiv belajar.
Karena banyak banget peserta yang ditolak, beliau juga mengadakan kampus fiksi roadshow, menyebar ke beberapa kota di Indonesia.
Slogan KF begini: "Menulis bisa sendirian, tapi menjadi penulis butuh kawan-kawan."
(Hal. 62)
(Hal. 62)
Di ahir buku, ada cerpen beliau. Kisah nyata beliau ziaroh ke makam ibunya di Makkah. Ya, ibunya meninggal ketika melaksanakan haji tahun 2010. Cerpennya mengalir, diksinya mewah dan pesannya syarat makna. Saya pun ikut menangis ketika pertama kali baca.
Banyak kejadian istimewa di Tanah Mulya itu.
Banyak kejadian istimewa di Tanah Mulya itu.
Semoga bermanfaat.
#Tantangan
#Odop3
#Odop3
Causeway Bay, 30-10-2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar